Senin, 30 November 2015

Pola Lengan Blazer

Pola Lengan Blazer
Setelah membuat pola badan blazer / blus kerja wanita , kita mulai membuat pola lengannya. Berikut ini adalah pola lengan blazer atau lengan blus kerja wanita yang terdiri dari 2 bagian yaitu bagian 1 (bagian atas lengan) : J-J"-k"-K�� dan bagian 2 (bagian bawah lengan/lengkungan terendah dijahit pas jahitan ketiak) : Z-J'-k"-K .
Jadi cara untuk membuat pola
nya, guntinglah pola yang sudah kita buat, jiplak pola dikertas lain dengan cara menempelkan pola dikertas lain dan jiplak dengan pensil keliling pas garis pinggir polanya maka jadilah pola kedua. Gunting pola pertama yang ada gambar pola bagian 2 nya. jadilah pola bagian 1 dan bagian 2  yang siap digunakan.
Ukuran Pola Lengan Blazer
Lingkar badan                          = 90
Panjang sampai siku                 = 28
Panjang sampai pergelangan     = 52
Lingkar siku                             = 28+4(untuk kelonggaran)
Lingkar pergelangan                 =16 + 10 (untuk kelonggaran)

Keterangan Pola Lengan Blazer
J� K� = 1/4 lingkar badan (yang dibesarkan) -  2 cm = 20,5 cm
T� = tengah - tengah J� K�
Dari J� T� dan K� garis-garis siku ke bawah
K� K��  = 4 cm (tetap)
K� K'= panjang sampai siku = 28 cm
K� K"= panjang sampai pergelangan = 52 cm
J� J = = K� J�� = J� T� + 2.1/2 cm =12,7 cm
J dihubungkan dengan T�
X di tengah-tengah J T�
X dihubungkan dengan J�
XX = 1/2 cm
Kepala lengan bagian atas dapat digambar dari J X� T� ke K��            
Dari K' dan K" ditarik garis-garis siku ke kiri
K K�� = 3 cm
K" k' = 2 cm
Dari k'   turun 1 cm = k"
K' J'      = 1/2 lingkar siku + 2 �  cm = 18,5 cm
k" J"      = 1/2 lingkar pergelangan + 2 � cm =15,5 cm
K' j        = 1/2 lingkarsiku � 2 � cm = 13,5 cm
K" j'      = 1/2 lingkar pergelangan � 2 � cm =10,5 cm
J Z         = 5 cm
Lengan atas dan bawah dapat digambar menurut contoh

Tag
pola lengan jas wanita
cara membuat pola lengan jas
pola lengan kebaya
pola lengan kemeja

Pola Blazer / Blus Kerja Wanita

Pengen bisa jahit baju kerja sendiri? berikut ini adalah pola blazer / blus kerja wanita yang bisa anda pakai, tinggal menyesuikn ukurannya dengan ukuran badan anda sendiri. Belum tau cara mengambil ukuran badan? silahkan klik disini. Oh ya ini cuma pola dasarnya aja, jadi harus disesuikan dengan model yang and inginkan dulu (di pecah model dulu) misal bagian leher untuk menyesuikan bentuk kerah serta bagian muka harus itanbah 2 cm keluar untuk tempat kancing. setelah ini lanjut ke pola lengan blazer ya.....
Ukuran Pola Blazer :
1.    Lingkar badan       = 90
2.    Lingkar pinggang   = 66
3.    Panjang dada        = 30
4.    Panjang punggung = 34
5.    Lebar dada           = 31
6.    Lebar punggung    = 32
7.    Lebar bahu           = 12
8.    Lingkar panggul I  = 94
9.    Lingkar panggul II = 98





















Keterangan Pola Blazer :
A B = 1/2 lingkar badan = 45 cm
A M� = 1/2 panjang dada = 15 cm
M� M = 1/10 A B - 2 cm = 2 .1/2 cm
M D = panjang dada = 30 cm
M M' = M�M + 4 .1/2 cm = 7 cm
B N = 1/2 panjang punggung + selisih dari panjang pungung dan panjang dada dikali 0,2 cm = 17,8 cm
N E = panjang punggung = 34 cm
N N' =1.1/2 cm (tetap )
N' dihubungkan dengan M'
M'S = M� M + 4 cm = 6,5 cm
Leher muka dapat digambar
S� = tengah-tengah M' N'
S� dihubungkan dengan C
A C =1/2 AB + 1 1/2 cm = 24 cm
S� T� =1/10 A B + 2 .1/2 cm = 7 cm
T� X� =1/3 panjang punggung 11,3 cm
X� X = 1/10 AB + 1 cm = 5.1/2cm
S U = 1/2 lebar bahu � 1 cm = 5 cm
U U' =  2 @ 3cm
U' T =1/2 lebar bahu + 1 cm = 7 cm
M O = 5 cm
O P = 1/2 lebar dada + coupe = 16.1/2 cm
N' s = M'S = 6.1/2 cm
Leher belakang dapat digambar.
T� t� = 1 cm
s t = lebar bahu + 1 cm = 13 cm.
s u = S U = 5 cm
u u' =1 cm
u' t = U'T = 7 cm
N R = 8 cm (tetap )
R Q = 1/2 lebar punggung = 16 cm
Kerung lengan dapat digambar, juga coupe-coupe
D dihubungkan dengan E
D X' = A C + 1 cm = 25 cm
X' F' = 1/2 cm (tetap )
D G = E H = 13 cm
Gambar garis panggul I sejajar dengan garis D F'E
D G' = E H' = 20 cm
Gambar garis panggul II sejajar dengan garis panggul I
D V = 1/10 lingkar pinggang = 6,6 cm
V v = 3@4cm(= coupe )
G V' = D V + 1 cm = 7,6 cm
V dihubungkan dengan V', garis ini diteruskan ke- bawah, dapat V"
 D V + v F = 1/4 lingkar pinggang + 1 cm = 17.1/2 cm
G' v" = D v
v dihubungkan dengan v" dapat v'
G V' + v' I = 1/4 lingkar panggul I +1 cm =  24 1/2 cm
G' V" + v" I' = 1/4 lingkar panggul II + 1 cm = 26.1/2 cm
F dihubungkan ke atas dengan X dan ke bawah de�ngan I ( garis melengkung ) dan terus ke I'
E E' = D V - 1 cm = 5,6 cm
E' E" = 2 cm ( = coupe )
E E' + E" F" = 1/4 lingkar pinggang - 1 cm = 15 cm
H h = E E' + 1 cm = 6,6 cm
Titik e = tengah-tengah E" F"
Dari e ditarik garis ke bawah sejajar dengan garis E H'
e' = titik persilangan dari garis-garis dari e dan H.
e" = titik persilangan dari garis-garis dari e dan H'
1/4 lingkar panggul I - 1 cm - H h ( = 6,6 cm ) = 15,9 cm.
Ukuran ini ( = 15,9 cm ) diukur kanan dan kiri e'
e' h" = e' i = 1/2 x 15,9 cm = 7,9 cm
E' ditarik ke h terus ke bawah dapat h'
H' h'digambar ini, ialah 7 cm
1/4 lingkar panggul II - 1 cm - 7 cm ( H'h') = 17.1/2 cm.
Ukuran ini ( 17.1/2 cm ) diukur kanan dan kiri dari e"
e" h'" = e" i' = 1/2 dari 17.1/2 cm = 8,8 cm
Garis sisi bagian belakang dapat digambar dari X ke- F" ke i dan i"
Coupe-coupe dapat digambar menurut contoh E" di�hubungkan dengan h" dan h"' Di G' digambar siku.

Semoga Bermanfaat..

Jumat, 20 November 2015

Unsur Unsur Desain Busana

Bagi teman-teman yang ingin bisa mendisain busana sendiri, disini saya akan berbagi tentang cara mendisain busana sendiri. Tulisan ini terdiri dari 9 bagian dari mulai mengenal pengertian desain, unsur-unsur desain, cara menggambar bagian-bagian tubuh dalam desain, cara menggambar bagian-bagian busana sampai pada pewarnaan gambar. Semoga artikel ini bisa membantu teman-teman, paling tidak saat mau ke penjahit teman-teman bisa menggambar sendiri model pakaian yang teman-teman inginkan dan si penjahit juga tidak kesulitan untuk memahami model pakaian yang teman-teman maksudkan. Akhirnya Selamat mencoba, dan jangan mudah putus asa ya...!


Unsur-Unsur Desain

Seorang desainer adalah seorang seniman yang mengekspresikan ide dan kreatifitasnya dalam bentuk rancangan busana. Suatu rancangan tercipta melalui suatu proses totalitas berfikir dengan memadukan ilmu seni rupa dengan unsur-unsur lain yang mendukung. Unsur desain merupakan unsur-unsur yang digunakan untuk mewujudkan desain sehingga orang lain dapat membaca desain tersebut. Maksud unsur disini adalah unsur-unsur yang dapat dilihat atau sering disebut dengan unsur visual. Unsur-unsur desain ini terdiri atas garis, arah, bentuk, tekstur, ukuran, value, dan warna. Melalui unsur-unsur visual inilah seorang perancang dapat mewujudkan rancangannya.

1. Garis
Garis merupakan unsur yang paling tua yang digunakan manusia dalam mengungkapkan perasaan atau emosi. Yang dimaksud dengan unsur garis ialah hasil goresan dengan benda keras di atas permukaan benda alam (tanah, pasir, daun, batang, pohon dan sebagainya) dan benda-benda buatan (kertas, dinding, papan dan sebagainya). Melalui goresan-goresan berupa unsur garis tersebut seseorang dapat berkomunikasi dan mengemukakan pola rancangannya kepada orang lain. Ada 2 jenis garis sebagai dasar dalam pembuatan bermacam-macam garis, yaitu:
a. Garis Lurus
Garis lurus adalah garis yang jarak antara ujung dan pangkalnya mengambil jarak yang paling pendek. Garis lurus merupakan dasar untuk membuat garis patah dan bentuk-bentuk bersudut. Apabila diperhatikan dengan baik, akan terasa bahwa macam-macam garis ini memberikan kesan yang berbeda pula. Kesan yang ditimbulkan garis ini disebut watak garis.
b. Garis Lengkung
Garis lengkung adalah jarak terpanjang yang menghubungkan dua titik atau lebih. Garis lengkung ini berwatak lebih dinamis dan luwes.
















Setiap garis memberi kesan tertentu yang dinamakan sifat/watak garis. Adapun sifat-sifat dari garis, yaitu:
a. Sifat Garis Lurus
Garis lurus mempunyai sifat kaku dan memberi kesan kokoh, sungguh-sungguh dan keras, namun dengan adanya arah sifat garis dapat berubah seperti:
1) Garis lurus tegak memberikan kesan keluhuran
2) Garis lurus mendatar memberikan kesan tenang
3) Garis lurus miring/diagonal merupakan kombinasi dari sifat garis vertikal
dan horizontal yang mempunyai sifat lebih hidup (dinamis).
b. Sifat Garis Lengkung
Garis lengkung memberi kesan luwes, kadang-kadang bersifat riang dan gembira. Dalam bidang busana garis mempunyai fungsi:
1) Membatasi bentuk struktur atau siluet.
2) Membagi bentuk struktur ke dalam bagian-bagian pakaian untuk menentukan model pakaian.
3) Memberikan arah dan pergerakan model untuk menutupi kekurangan bentuk tubuh, seperti garis princes, garis empire, dan lain-lain.

2. Arah
Pada benda apa pun, dapat kita rasakan adanya arah tertentu, misalnya mendatar, tegak lurus, miring, dan sebagainya. Arah ini dapat dilihat dan dirasakan keberadaannya. Hal ini sering dimanfaatkan dalam merancang benda dengan tujuan tertentu. Misalnya dalam rancangan busana, unsur arah pada motif bahannya dapat digunakan untuk mengubah penampilan dan bentuk tubuh si pemakai. Pada bentuk tubuh gemuk, sebaiknya menghindari arah mendatar karena dapat menimbulkan kesan melebarkan. Begitu juga dalam pemilihan model pakaian, garis hias yang digunakan dapat berupa garis princes atau garis tegak lurus yang dapat memberi kesan meninggikan atau mengecilkan orang yang bertubuh gemuk tersebut.


3. Bentuk
Setiap benda mempunyai bentuk. Bentuk adalah hasil hubungan dari beberapa garis yang mempunyai area atau bidang dua dimensi (shape). Apabila bidang tersebut disusun dalam suatu ruang, maka terjadilah bentuk tiga dimensi atau form. Jadi, bentuk dua dimensi adalah bentuk perencanaan secara lengkap untuk benda atau barang datar (dipakai untuk benda yang memiliki ukuran panjang dan lebar), sedangkan tiga dimensi adalah yang memiliki panjang, lebar dan tinggi.
Berdasarkan jenisnya, bentuk terdiri atas bentuk naturalis atau bentuk organik, bentuk geometris, bentuk dekoratif dan bentuk abstrak. Bentuk naturalis adalah bentuk yang berasal dari bentuk-bentuk alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan, dan bentukbentuk alam lainnya. Bentuk geometris adalah bentuk yang dapat diukur dengan alat pegukur dan mempunyai bentuk yang teratur, contohnya bentuk segi empat, segi tiga, bujur sangkar, kerucut, lingkaran, dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk dekoratif merupakan bentuk yang sudah diubah dari bentuk asli melalui proses stilasi atau stilir yang masih ada ciri khas bentuk aslinya. Bentuk-bentuk ini dapat berupa ragam hias pada sulaman atau hiasan lainnya yang mana bentuknya sudah tidak seperti bentuk sebenarnya. Bentuk ini lebih banyak dipakai untuk menghias bidang atau benda tertentu. Bentuk abstak merupakan bentuk yang tidak terikat pada bentuk apa pun, tetapi tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip desain.

4. Ukuran
Ukuran merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi desain pakaian ataupun benda lainnya. Unsur-unsur yang dipergunakan dalam suatu desain hendaklah diatur ukurannya dengan baik agar desain tersebut memperlihatkan keseimbangan. Apabila ukurannya tidak seimbang, maka desain yang dihasilkannya akan kelihatan kurang baik. Misalnya dalam menata busana untuk seseorang, orang yang bertubuh kecil mungil sebaiknya tidak menggunakan tas atau aksesories yang terlalu besar karena terlihat tidak seimbang.

5. Tekstur
Setiap benda mempunyai permukaan yang berbeda-beda, ada yang halus dan ada yang kasar. Tekstur merupakan keadaan permukaan suatu benda atau kesan yang timbul dari apa yang terlihat pada permukaan benda. Tekstur ini dapat diketahui dengan cara melihat atau meraba. Dengan melihat akan tampak pemukaan suatu benda misalnya berkilau, bercahaya, kusam tembus terang, kaku, lemas, dan lain-lain. Sedangkan dengan meraba akan diketahui apakah permukaan suatu benda kasar, halus, tipis, tebal ataupun licin. Tekstur yang bercahaya atau berkilau dapat membuat seseorang kelihatan lebih besar (gemuk), maka bahan tekstil yang bercahaya lebih cocok dipakai oleh orang yang bertubuh kurus sehingga terlihat lebih gemuk. Tekstur bahan yang tembus terang seperti siffon, brokat dan lain-lain kurang cocok dipakai oleh orang yang berbadan gemuk karena memberi kesan bertambah gemuk.

6. Value (Nada Gelap dan Terang)
Benda hanya dapat terlihat karena adanya cahaya, baik cahaya alam maupun cahaya buatan. Jika diamati pada suatu benda terlihat bahwa bagian-bagian permukaan benda tidak diterpa oleh cahaya secara merata, ada bagian yang terang dan ada bagian yang gelap. Hal ini menimbulkan adanya nada gelap terang pada permukaan benda. Nada gelap terang ini disebut dengan istilah value.












7. Warna
Warna merupakan unsur desain yang paling menonjol. Dengan adanya warna menjadikan suatu benda dapat dilihat. Selain itu, warna juga dapat mengungkapkan suasana perasaan atau watak benda yang dirancang. Warna dapat menunjukkan sifat dan watak yang berbeda-beda, bahkan mempunyai variasi yang sangat banyak, yaitu warna muda, warna tua, warna terang, warna gelap, warna redup, dan warna cemerlang. Sedangkan dilihat dari sumbernya, ada warna merah, biru, kuning, hijau, orange, dan lain sebagainya. Tetapi jika disebut warna panas, warna dingin, warna lembut, warna ringan, warna sedih, warna gembira dan sebagainya, ini disebut juga
dengan watak warna.
Warna-warna tua atau warna hitam dapat memberi kesan berat dan menyusutkan  bentuk. Oleh karena itu, apabila kita menata busana untuk seseorang, hendaklah disesuaikan dengan orang tersebut. Misalnya orang yang bertubuh gemuk hendaklah dipilih warna yang tidak terlalu cerah atau warna-warna redup karena warna ini dapat menyusutkan bentuk tubuh yang gemuk tersebut.

a. Pengelompokan warna
Ada  bermacam-macam teori yang berkembang mengenai warna, di antaranya teori Oswolk, Mussel, Prang, Buwster, dan lain-lain. Dari bermacam-macam teori ini yang lazim dipergunakan dalam desain busana dan mudah dalam proses pencampurannya adalah teori warna Prang karena kesederhanaannya. Prang mengelompokkan warna menjadi lima  bagian, yakni warna primer, sekunder, intermedier, tertier, dan kuarter.


















1) Warna primer, warna ini disebut juga dengan warna dasar atau pokok karena warna ini tidak dapat diperoleh dengan pencampuran hue lain. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.
















2) Warna sekunder, warna ini merupakan hasil pencampuran dari dua warna primer. Warna sekunder terdiri terdiri dari orange, hijau, dan ungu.
a) Warna orange merupakan hasil dari pencampuran warna merah dan warna kuning.
b) Warna hijau merupakan pencampuran dari warna kuning dan biru.
c) Warna ungu adalah hasil pencampuran merah dan biru.
















3) Warna intermediet, warna ini dapat diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan mencampurkan warna primer dengan warna sekunder yang berdekatan dalam lingkaran warna atau dengan cara mencampurkan dua warna primer dengan perbandingan 1:2.
a) Kuning hijau (KH) 
    adalah hasil pencampuran dari kuning ditambah hijau  atau dua bagian kuning ditambah satu bagian biru (K+K+B)
b) Biru hijau (BH) 
    adalah hasil pencampuran biru ditambah hijau  atau dua bagian biru di tambah satu bagian kuning (B+B+K)
c) Biru ungu (BU) 
    adalah hasil pencampuran biru dengan ungu atau pencampuran dua bagian biru dengan satu bagian merah (B+B+M).
d) Merah ungu (MU) 
    adalah hasil pencampuran merah dengan ungu atau pencampuran dua bagian merah dan satu bagian biru (M+M+B)
e) Merah orange (MO) 
    adalah hasil pencampuran merah dengan orange atau pencampuran dua bagian merah dan satu bagian kuning (M+M+K)
f) Kuning orange (KO) 
    adalah hasil pencampuran kuning dengan orange atau pencampuran dua bagian kuning dan satu bagian merah (K+K+M)

4) Warna tertier
Warna tertier adalah warna yang terjadi apabila dua warna sekunder dicampur. Warna tertier ada tiga, yaitu tertier biru, tertier merah, dan tertier kuning.
a) Tertier biru adalah hasil pencampuran ungu dengan hijau.
b) Tertier merah adalah hasil pencampuran orange dengan ungu.
c) Tertier kuning adalah hasil pencampuran hijau dengan orange.

5) Warna kwarter
Warna kwarter adalah warna yang dihasilkan oleh pencampuran dua warna tertier. Warna kwarter ada tiga, yaitu kwarter hijau, kwarter orange, dan kwarter ungu.
a) Kwarter hijau terjadi karena percampuran tertier biru dengan tertier kuning.
b) Kwarter orange terjadi karena percampuran tertier merah dengan tertier kuning.
c) Kwarter ungu terjadi karena percampuran tertier merah dengan tertier biru.

b. Pembagian Warna Menurut Sifatnya
Warna menurut sifatnya dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu sifat panas dan dingin atau hue dari suatu warna, sifat terang dan gelap atau value warna, serta sifat terang dan kusam atau intensitas dari warna.
1) Sifat panas dan dingin
Sifat panas dan dingin suatu warna sangat dipengaruhi oleh huenya. Hue merupakan suatu istilah yang dipakai untuk membedakan suatu warna dengan warna yang lainnya, seperti merah, kuning, biru, dan lainnya. Perbedaan antara merah dan kuning ini adalah perbedaan huenya. Hue dari suatu warna mempunyai sifat panas dan dingin. Warna-warna panas adalah
warna yang berada pada bagian kiri dalam lingkaran warna, yang termasuk dalam warna panas ini yaitu warna yang mengandung unsur merah, kuning, dan jingga. Warna panas ini memberi kesan berarti agresif, menyerang, membangkitkan, gembira, semangat, dan menonjol. Sedangkan warna yang mengandung unsur hijau, biru, ungu disebut warna dingin. Warna dingin lebih bersifat tenang, pasif, tenggelam, melankolis, serta kurang menarik perhatian.
2) Sifat terang dan gelap
Sifat terang dan gelap suatu warna disebut dengan value warna. Value warna ini terdiri atas beberapa tingkat. Untuk mendapatkan value ke arah yang lebih tua dari warna aslinya disebut dengan shade, dilakukan dengan penambahan warna hitam. Sedangkan untuk warna yang lebih muda disebut dengan tint, dilakukan dengan penambahan warna putih.
3) Sifat terang dan kusam
Sifat terang dan kusam suatu warna dipengaruhi oleh kekuatan warna atau intensitasnya. Warna-warna yang mempunyai intensitas kuat akan kelihatan lebih terang, sedangkan warna yang mempunyai intensitas lemah akan terlihat kusam.

c. Kombinasi Warna
Dari berbagai warna yang sudah ada, besar kemungkinan belum ditemui warna yang diinginkan. Oleh sebab itu, warna ini perlu dikombinasikan. Mengkombinasikan warna berarti meletakkan dua warna atau lebih secara berjejer atau bersebelahan. Jenis-jenis kombinasi warna dapat dikelompokkan atas:
1) Kombinasi monokromatis atau kombinasi satu warna yaitu kombinasi satu warna dengan value yang berbeda. Misalnya merah muda dengan merah, hijau muda dengan hijau tua, dll. seperti di bawah ini:




2) Kombinasi analogus yaitu kombinasi warna yang berdekatan letaknya dalam lingkaran warna. Seperti merah dengan merah keorenan, hijau dengan biru kehijauan, dll.







3) Kombinasi warna komplementer yaitu kombinasi warna yang bertentangan letaknya dalam lingkaran warna, seperti merah dengan hijau, biru dengan orange dan kuning dengan ungu.







4) Kombinasi warna split komplementer yaitu kombinasi warna yang terletak pada semua titik yang membentuk huruf Y pada lingkaran warna. Misalnya kuning dengan merah keunguan dan biru keunguan, biru dengan merah keorenan dan kuning keorenan, dan lain-lain.
5) Kombinasi warna double komplementer yaitu kombinasi sepasang warna yang berdampingan dengan sepasang komplementernya. Misalnya kuning orange dan biru ungu.
6) Kombinasi warna segitiga yaitu kombinasi warna yang membentuk segitiga dalam lingkaran warna. Misalnya merah, kuning dan biru. Orange, hijau, dan ungu. Kombinasi warna monokromatis dan kombinasi warna analogus di atas disebut kombinasi warna harmonis, sedangkan kombinasi warna komplementer, split komplementer, double komplementer dan segitiga disebut juga kombinasi warna kontras.

Rabu, 11 November 2015

Pengetahuan Dasar Membuat Pola Pakaian

Persiapan dan Pengertian Pola Dasar 
Tahukah Anda? Ketika Anda ingin membuka usaha Rumah Fashion, modal utama selain materi ada satu hal yang sangat vital yaitu anda harus tahu cara membuat pola pakaian. Pola atau Patern biasanya terbuat dari kain atau potongan kertas karton yang dipakai untuk membentuk bagian-bagian potongan pakaian sebelum dijahit. Setiap Desain Pakaian memiliki pola tersendiri, karena dari pola itulah nanti terbentuk pakaian. Pola biasanya
mengikuti ukuran Desain Kostum bentuk badan dan model tertentu.

Pola dasar tesebut terdiri dari :
  • Pola badan bagian atas, yaitu dari bagian bahu sampai ke pinggang dan biasanya disebut pola badan bagian muka dan belakang. 
  • Pola dasar bagian bawah, yaitu dari pinggang hingga lutut atau sampai mata kaki. Atau untuk pakaian wanita biasa disebut pola dasar rok muka dan belakang.
  • Pola lengan, dimulai dari lengan bagian atas atau bahu terendah sampai pada bagian siku atau pergelangan dan biasa disebut pola dasar lengan.
  • Ada juga pola badan atas dengan pola badan bawah yang menjadi satu biasa pola ini untuk pola dasar gaun atau baju terusan.

Cara Mengambil Ukuran Badan 
Disaat kita mau mengambil  mengambil ukuran badan dari orang yang pakaiannya mau kiya jahit, model atau orang yang mau  diukur harus berdiri lurus dengan sikap tegak supaya semua ukuran yang mau kita ambil tepat dan akurat. Sebelumnya, pinggang orang yang mau kita ukur ikatlah dengan ban elastic atau  atau tali ban  dengan lebar tidak lebih dari 2 cm sebagai batas badan atas dan bawah. Perhatikan benar agar letak tali tepat di tempatnya dan tidak berkelok-kelok. 


Bagian Tubuh Yang Harus Kita Ukur
  1. Lingkar Leher (LL) diukur sekeliling batas leher bawah, dengan meletakkan jari telunjuk di tekuk leher atau diukur dan di tambah 1 cm
  2. Lingkar Badan (LB) diukur sekeliling badan atas yang terbesar, melalui puncak dada, diukur pas ditambah 4 cm atau dengan menyelakan 4 jari.
  3. Lingkar Pinggang (LPc) diukur sekeliling pinggang pas.
  4. Tinggi Panggul (TPa) diukur dari bawah ban pinggang sampai batas panggul.
  5. Lingkar Panggul (LPa) diukur sekeliling panggul atau badan bawah yang terbesar, diukur pas, kemudian ditambah 4 cm atau diselakan 4 jari.
  6. Panjang Punggung (PP) diukur dari tulang leher belakang yang menonjol kebawah sampai dibawah ban pinggang.
  7. Lebar Punggung (LP) diukur dari tulang leher belakang yang menonjol turun 9cm lalu diukur datar dari batas lengan kiri sampai kanan.
  8. Panjang Sisi (PS) diukur dengan menyelakan penggaris dibawah ketiak, kemudian diukur dari dari batas penggaris kebawah sampai bawah ban pinggang dikurangi 2 sampai 3 cm
  9. Panjang Muka(PM) diukur dari lekuk leher di tengah muka ke bawah samapi di bawah ban pinggang.
  10. Lebar Muka (LM) diukur 5 cm di bawah lekuk leher tengah muka, lalu diukur datar dari batas lengan kiri sampai kanan.
  11. Tinggi dada (TD) diukur dari bawah ban pinggang tegak lurus ke atas sampai puncak buah dada.
  12. Lebar Bahu (LB) diukur dari lekuk leher di bahu atau bahu yang paling tinggi sampai titik bahu yang terendah atau paling ujung.
  13. Ukuran Uji (UU) atau ukuran control, diukur dari tengah muka dibawah ban serong melalui puncak dada ke puncak lengan terus serong ke belakang sampai tengah belakang pada bawah ban.
  14. Panjang rok muka, sisi dan belakang diukur dari bawah ban sampai panjang yang dikehendaki.
  15. Lingkar lubang lengan (LLL) diukur sekeliling lubang lengan tanpa lengan dan di tambah 4 cm untuk lubang lengan yang akan dipasangkan lengan.
  16. Panjang lengan pendek (PLPd) diukur dari puncak lengan ke bawah sampai kira2 3 cm di atas siku.
  17. Panjang lengan panjang (PLP) diukur dari puncak lengan ke bawah sampai pergelangan.
  18. Lingkar lengan panjang (LLP) lingkar pergelangan diukur melingkar pergelangan pas ditambah 3 cm.
Persiapan Alat dan Bahan Untuk Membuat Pola
  1. Meteran, dipakai untuk mengambil ukuran badan maupun untuk menggambar pola. Meteran atau pita ukur biasanya  dibuat dengan ukuran satuan sentimeter dan inci.
  2. Buku pola atau buku kostum, berukuran folio dengan lembar halaman berselang-seling bergaris dan polos. Lembar bergaris untuk mencatat ukuran dan keterangan, sedang lembar polos untuk menggambar pola dalam skala
  3. Skala atau ukuran perbandingan adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur pada waktu menggambar pola pada buku pola. Skala ini terbuat dari karton berbentuk penggaris dengan berbagai ukuran 1:2, 1:3, 1:4, 1:6 dan 1:8
  4. Pensil hitam untuk menggambar garis2 pola asli
  5. Pensil merah untuk menggambar garis pola jadi bagian muka
  6. Pensil biru untuk menggambar garis pola jadi bagian belakang
  7. Penggaris lurus, penggaris siku dan penggaris bentuk panggul, leher dan lengan.
  8. Karet penghapus
  9. Kertas sampul coklat untuk merancang bahan dan menggambar pola ukuran besar atau ukuran sesungguhnya. Garis2 memanjang yang terdapat pada kertas diumpamakan sebagai arah serat kain memanjang
  10. Gunting kertas untuk menggunting kertas pola kecil maupun besar.